Pages

Kamis, 09 Mei 2013

Perekonomian indonesia tugas 2


2. PERSAINGAN HARGA PRODUK DALAM NEGERI VERSUS HARGA PRODUK LUAR NEGERI DILIHAT DARI TINGGINYA BIAYA PRODUKSI
“Potensi pasar domestic sebagai penopang ketangguhan ekonomi nasional”
A. ABSTRAK :
Ekonomi Indonesia selama kuartal I tahun 2012 tumbuh sebesar 6,3%. Meski demikian, pemerintah tetap optimis bisa mencapai target pertumbuhan sebesar 6,7% sebagaimana dicanangkan dalam APBN-Perubahan tahun 2012. Memang, krisis ekonomi global yang bermuara pada terjadinya krisis di Benua Eropa sempat dikhawatirkan berbagai pihak akan berpotensi menjadi penghambat terget pertumbuhan tersebut.
Kebijakan memperkuat dan meningkatkan peran perdagangan dalam negeri sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Bahkan, perdagangan dalam negeri dapat mendorong terjadinya peningkatan sumber-sumber pertumbuhan di daerah, sehingga akan terwujud target pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana yang diharapkan.

B. PENDAHULUAN
Di zaman era globalisasi ini kita harus mengetahui perkembangan perekonomianindonesia terutama pada masalah persaingan harga produk. Baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri. Dengan mengetahui harga-harga pasar persaingan tersebut kita dapat mengetahui kondisi ekonomi yang terjadi. Apa lagi pada saat tingkat produksi tinggi, mau tidak mau negara pun harus mengikuti perkembangan harga yang terjadi pada system perekonomian tersebut.
Pada saat itu juga, jika ada perubahan pada harga-harga akan mempengaruhi perekonomian suatu negara juga, karena negara harus bisa memikirkan bagaimana caranya agar bisa mengimbangi harga pasar internasional dan juga di barengi dengan mensejahterakan masyarakat. Pemerintah juga harus memperhatikan barang-barang yang di impor, jangan semua barang pokok harus di impor dari luar, pemerintah juga jangan sampai lupa akan barang-barang dalam negeri bahwa produk dalam negeri tidak kalah bagus kualitasnya dengan produk luar negeri

C. LANDASAN TEORI
Sampai di manakah kita kuat membendung badai krisis ekonomi global yang imbasnya benar-benar akan kita rasakan pada paruh pertama tahun ini? Jawabannya ada di dalam diri sendiri, yaitu bergantung pada seberapa besar kita mampu memberdayakan potensi yang kita miliki.
Salah satu potensi besar yang sering luput dari arus utama kebijakan ekonomi kita adalah pengembangan pasar domestik. Ia baru dilirik ketika pasar ekspor sedang lesu. Dalam situasi normal, teropong ekonomi kerap diarahkan ke pasar luar negeri.
Padahal, lebih dari 70% pendapatan negara berasal dari pasar dalam negeri. Pasar ekspor hanya menyumbang kurang dari 30%. Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan pada 2009 pasar domestik diperkirakan menyumbang pendapatan negara lebih dari 80%, sedangkan pasar ekspor hanya menyumbang sekitar 18%.

Data tersebut menggambarkan pasar domestik memiliki potensi yang luar biasa untuk digerakkan dan merupakan jawaban yang ampuh untuk menghadapi imbas krisis finansial global yang akan lebih dirasakan pedihnya oleh negara-negara yang bergantung pada ekspor.
Kepedihan itu terutama mendera sebagian besar negara yang kekuatan pasarnya sedang tumbuh (emerging market) yang menguasai 60% pangsa pasar ekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara maju. Akibat krisis, permintaan dari negara-negara tujuan ekspor tersebut kini mengalami penurunan sehingga berdampak terhadap permintaan barang-barang dari negara-negara yang sedang tumbuh (emerging countries).
Karena itu, fokus mengembangkan potensi pasar domestik mestinya menjadi prioritas utama kebijakan ekonomi pemerintah tahun ini. Kendati menambah beban pada semua komponen ekonomi, fokus pengembangan potensi pasar domestik akan mampu menyelamatkan masyarakat dari imbas krisis.
Tekad yang sudah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada malam menjelang pergantian tahun sudah tepat, namun harus lebih dikonkretkan. Tekad itu adalah memelihara pertumbuhan ekonomi di level 4,5%, menjaga daya beli masyarakat, dan memberantas barang impor ilegal.
Langkah konkret menjaga daya beli, misalnya, bisa dilakukan dengan melibatkan secara penuh produsen dalam negeri pada semua proyek negara. Bahan-bahan yang komponennya sudah bisa diproduksi di dalam negeri, seperti semen, besi lokal, dan aspal, harus dimaksimalkan dalam pengerjaan proyek negara.
Untuk memperluas pasar domestik, negara harus memberi insentif lebih berupa pembebasan pajak pertambahan nilai kepada dunia usaha yang sangat dominan memakai komponen bahan baku dalam negeri dan banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri tekstil dan garmen. Kebijakan itu perlu dilakukan agar masyarakat tetap bisa menjangkau harga produk tersebut dan pengusaha juga diuntungkan karena pasarnya terjaga. Langkah itu harus pula dibarengi dengan perang habis-habisan terhadap penyelundupan. Jangan biarkan produk buatan China masuk secara ilegal dan menghancurkan industri dalam negeri.
Jika semua langkah itu serentak dilakukan, beban ekonomi akan terasa lebih ringan. Sebab, kita tidak bisa berharap banyak dari orang lain untuk menyelamatkan negeri ini. Mereka juga sedang dilanda kepanikan dan mencari pegangan yang kukuh agar tidak terhempas.

D. PEMBAHASAN
Ekonomi Indonesia selama kuartal I tahun 2012 tumbuh sebesar 6,3%. Meski demikian, pemerintah tetap optimis bisa mencapai target pertumbuhan sebesar 6,7% sebagaimana dicanangkan dalam APBN-Perubahan tahun 2012. Memang, krisis ekonomi global yang bermuara pada terjadinya krisis di Benua Eropa sempat dikhawatirkan berbagai pihak akan berpotensi menjadi penghambat terget pertumbuhan tersebut.
Kebijakan memperkuat dan meningkatkan peran perdagangan dalam negeri sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Bahkan, perdagangan dalam negeri dapat mendorong terjadinya peningkatan sumber-sumber pertumbuhan di daerah, sehingga akan terwujud target pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana yang diharapkan.

Pemerintah sangat optimis strategi dan kebijakan di atas dapat menyelamatkan kita dari dampak krisis global yang masih terus membayangi sejumlah negara. Ada banyak alasan mengapa strategi dan kebijakan ini diterapkan. Di antaranya, adalah adanya potensi dan kekuatan besar pasar domestik sebagai gerbang pertahanan ekonomi negara. Konsumsi dalam negeri memiliki kontribusi sebesar 60% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai Rp8.600 triliun.

Lebih dari itu, seperti kita maklumi bersama, Indonesia adalah negara besar dengan populasi penduduk mencapai 242 juta orang. Dari kacamata perdagangan, data ini merupakan pasar yang sangat potensial untuk pemasaran produk-produk dalam negeri.

Fakta lain yang mendukung strategi ini adalah bahwa total belanja rumah tangga penduduk Indonesia selama 2012 untuk barang konsumsi diprediksi mencapai Rp 500 triliun. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan penjualan di supermarket dan minimarket yang mencapai 19% per tahun.

Konsumsi belanja rumah tangga yang begitu besar ini merupakan kekuatan pasar dalam negeri yang sangat bisa diharapkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan penjualan produk dalam negeri. Pasalnya, saat ini 65% pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbang oleh konsumsi rumah tangga.

Berangkat dari data dan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa menggiatkan konsumsi domestik dan meningkatkan konsumsi produk dalam negeri merupakan unsur-unsur penting bagi penguatan pasar dalam negeri yang telah menjadi bagian dari strategi yang disiapkan Indonesia agar tidak terkena dampak krisis ekonomi global.

Terkait dengan soal upaya menggiatkan meningkatkan  konsumsi produk dalam negeri, perlu dicatat bahwa  langkah ini bukan berarti kita harus anti impor. Yang perlu digaris tebal dari kontek ini adalah bahwa peningkatan konsumsi produk dalam negeri ini adalah sebagai bentuk upaya kita untuk mengurangi ketergantungan terus terhadap sejumlah produk impor.

Ada beberapa faktor yang perlu bersama-sama kita perhatikan dalam upaya menggiatkan konsumsi domestik dan meningkatkan konsumsi produk dalam negeri. Misalnya, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, konsumsi domestik ini tentunya akan terpengaruh oleh job description yang ditopang oleh investasi dan economic saving. Karena itu, kita harus peka dengan apa yang dibutuhkan dan terus memperbaiki kualitas daripada konektivitas.

Menteri Perdagangan juga telah mengingatkan kita semua bahwa konektivitas besar bukan hanya membangun prasarana jalan raya, listrik, dan sebagainya, tetapi juga pasar tradisional. Itulah salah satu landasan pikir yang melatarbelakangi komitmen Kementerian Perdagangan RI untuk terus memperhatikan eksistensi dan pemberdayaan pasar tradisional secara lebih optimal, baik melalui revitalisasi pasar maupun pembangunan pasar percontohan.

Faktor lain yang akan mendukung upaya peningkatan konsumsi domestik dan konsumsi produk dalam negeri adalah adanya kebijakan-kebijakan penguatan perdagangan dalam negeri untuk menjaga kestabilan harga, kelancaran arus barang serta menciptakan iklim usaha yang sehat.
Pemantauan pasar dan evaluasi perdagangan.

Tentu saja, semua itu tak akan terwujud tanpa adanya peran aktif dan sinergi bersama antara pemerintah pusat dan daerah. Maka dari itu, sebagai upaya mengimplementasikan sasaran strategis tersebut terdapat beberapa langkah utama yang perlu dukungan dari pemerintah daerah. Salah satu langkah penting itu adalah yang kita sebut dengan Pemantauan pasar dan evaluasi perdagangan.

Langkah tersebut bisa kita tempuh melalui beberapa hal berikut: 1) Memantau inflasi;
2) Memantau arus barang yang masuk dan keluar pasar/pedagang grosir; 3) Mengevaluasi permintaan pasar, mengamati perubahan perilaku konsumen, mengamati perubahan jenis dan kualitas barang yang dikonsumsi, melakukan prakiraan permintaan kedepan; 4) Memantau ada/tidaknya dominasi jenis barang/pelaku perdagangan tertentu.

Dan pemantauan pasar ini, tentunya tidak bisa lepas dari yang namanya pemantauan harga. Perlu kami ingatkan bahwa, keakuratan data dan ketepatan waktu  merupakan unsur utama yang harus selalu dikedepankan. Sebab, kedua unsur ini akan sangat membantu pemerintah pusat dalam menentukan dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesegera mungkin bila terjadi suatu kondisi yang bisa berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi negara.

Sebagai contoh, pemantauan harga ini akan sangat dibutuhkan oleh pemerintah dalam kaitannya dengan adanya hubungan yang sangat erat antara harga yang diterima petani dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan produksi secara makro. Artinya, dengan adanya pemantauan harga yang akurat dan tepat waktu maka pemerintah akan dapat mengambil kebijakan yang mendukung keberhasilan program peningkatan produksi dalam negeri tanpa harus menurunkan harga ditingkat petani.

Kebijakan lain yang sangat memerlukan hasil pemantauan harga yang akurat dan tepat waktu adalah kebijakan pemerintah dalam menyikapi terjadinya lonjakan harga yang seringkali terjadi menjelang hari besar keagamaan dan Nasional (HBKN), seperti Lebaran, Hari Raya Kurban, Natal dan Tahun Baru.

Pada momen-momen tersebut, biasanya terjadi gejolak harga sebagai akibat adanya ekspektasi dari para pedagang untuk menaikkan harga dengan asumis akan ada kenaikan permintaan pangan yang tidak disertai dengan ketersediaan yang cukup. Nah, di sinilah arti penting pemantauan harga ini dilakukan, yakni agar bisa pemerintah bisa mengantisipasi  penyediaan bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat luas, baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun kebutuhan jangka panjang.

Seperti pengalaman yang sudah kita saksikan bersama, secara umum komoditas-komoditas yang rentan mengalami lonjakan harga pada momen-momen keagamaan ini adalah komoditas kebutuhan pangan pokok, semisal beras, gula, daging, telur, minyak goreng dan buah  serta sayuran. Bahkan, komoditas-komoditas ini juga rentan mengalami fluktuasi harga pada saat menjelang panen, saat mulai musim tanam atau ketika terjadi fuso (gagal panen).


Indonesia harus menghadapi pergolakan ekonomi global pada tahun 2013 ini dengan optimis. Sebab, dalam hal perekonomian, pemerintah Indonesia tidak hanya berorientasi pada ekspor. Kebijakan ini sangat tepat karena fakta menunjukkan bila perdagangan dalam negeri memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional di saat sejumlah negara maju justru terkena dampak krisis ekonomi global yang melanda Eropa dan Amerika.
Di tengah menurunnya kinerja pasar ekspor, perdagangan antar daerah dan antar pulau bisa menjadi alternative yang sangat menjanjikan. Hal ini didukung oleh sangat beragamnya potensi sumber daya alam dan juga sumber daya manusia yang dimiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, suku, budaya.
Yang menarik, masing-masing pulau dan daerah memiliki potensi yang berbeda-beda dan saling mengisi satu sama lain. Fakta keragaman potensi antar daerah ini merupakan modal besar untuk menggerakkan roda perdagangan dalam negeri pada umumnya dan keuntungan ekonomi yang besar bagi tiap-tiap daerah.
Contoh yang paling mudah dilihat adalah potensi Pulau Jawa sebagai sentra pemasaran berbagai produk dan komoditas dari Luar Pulau Jawa, semisal Sulawesi, Kalimantan, Papua dan Sumatera. Pasalnya, pulau ini paling padat penduduknya dan sangat sempit lahannya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Langkah yang diambil oleh Kemendag untuk memperkuat pasar domestik ini juga sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Periode 2010-2014. Dijelaskan bahwa Pembangunan Perdagangan dalam lima tahun ke depan akan berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2010-2014 serta bertumpu pada keseimbangan antara pembangunan perdagangan dalam negeri dan pembangunan perdagangan luar negeri.
Artinya, peningkatan pertumbuhan ekspor nonmigas dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan penguatan perdagangan dalam negeri untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan barang domestik serta menciptakan iklim usaha yang sehat. Terkait dengan ini, maka arah kebijakan pembangunan perdagangan dalam negeri adalah: “Peningkatan penataan sistem distribusi nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan jasa, kepastian usaha, dan daya saing produk domestik” .
Adapun strategi yang telah ditetapkan dalam periode 2010-2014 adalah:
1.   Meningkatkan integrasi perdagangan antar dan intra wilayah melalui pengembangan jaringan distribusi perdagangan, untuk mendorong kelancaran arus barang sehingga ketersediaan barang dan kestabilan harga dapat terjaga.
2.   Meningkatkan iklim usaha perdagangan, melalui persaingan usaha yang sehat dan pengamanan perdagangan, untuk mendorong pengembangan usaha kecil menengah, peningkatan usaha ritel tradisional dan modern, bisnis waralaba, termasuk pengembangan pola kerja sama yang saling menguntungkan antarpelaku usaha.
3.   Mendorong terciptanya pengelolaan resiko harga, transparansi harga, pemanfaatan alternatif pembiayaan, dan efisiensi distribusi melalui peningkatan efektivitas perdagangan berjangka, sistem resi gudang, dan pasar lelang.
4.   Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri dengan memaksimalkan potensi pasar domestik melalui pemanfaatan daya kreasi bangsa.
5.   Memperkuat kelembagaan perdagangan dalam negeri yang mendorong terwujudnya persaingan usaha yang sehat, efektivitas perlindungan konsumen serta menciptakan perdagangan berjangka, sistem resi gudang, dan pasar lelang yang efisien.

Potensi Pasar Domestik
Belum lama ini McKinsey Global Institute dalam laporan risetnya berani memproyeksikan Indonesia sebagai negara berperekonomian terbesar ketujuh dunia pada tahun 2030 nanti, yakni dengan 135 juta konsumen potensial dengan pasar bernilai USD 1,8 triliun.
Angka-angka itu menunjukkan betapa besarnya potensi pasar domestik yang bisa dioptimalkan, baik oleh para investor maupun para pelaku usaha dalam negeri. Dengan kata lain, fakta ini merupakan tantangan bagi para pelaku industri manufaktur dalam negeri untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan global dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa konsumen pasar domestik.
Adapun kunci utama untuk berdiri kokoh dalam persaingan tersebut adalah kemampuan berinovasi, baik dari segi produksi maupun dari sisi pemasarannya. Hal ini penting karena kelas menengah Indonesia yang sedang tumbuh pesat saat ini merupakan konsumen-konsumen cerdas yang dinamis, berselera tinggi dan memiliki daya beli yang cukup kuat.
Bahkan, mayoritas mereka ini diprediksi para pakar ekonomi tidak akan mempersoalkan harga, tapi lebih mementingkan desain, kualitas, dan keragamaan produk. Karena itu, dalam peta persaingan perdagangan domestik ke depan para pelaku usaha nasional dituntut untuk mampu menjawab kebutuhan konsumen yang menghendaki produk-produk yang berkualitas, inovatif, variatif dan harga yang bersaing.


Sektor Logistik Penentu Daya Saing
Dalam dunia perdagangan, semua aktivitas di sektor logistik meme­gang peranan yang sangat penting dalam menentukan daya saing se­buah produk atau komoditas. Artinya, produk atau komoditas yang unggul sekalipun tidak akan mampu bersaing di tengah-tengah per­saingan pasar yang ada. Sebab, besarnya biaya logistik akan sa­ngat ber­pengaruh kepada kekompetitifan harga dari produk atau komoditas.
Semua itu adalah tantangan besar yang harus bersama-sama diselesaikan untuk mendukung kinerja perdagangan dalam negeri dan juga perdagangan luar negeri secara umum. Karena, efektivitas waktu dan efisiensi biaya logistik harus menjadi muara dari semua aktivitas logistik tersebut.
Paling tidak, ada dua faktor penyebab rendahnya daya saing beberapa produk dan komoditas Indonesia. Pertama, adalah tingginya biaya logistik itu. Yakni, akumulasi dari biaya sejumlah indicator yang terkait langsung dengan biaya logistik. Diantara unsur-unsur yang menjadi penyebab tingginya biaya logistik itu adalah; 1) Belum optimalnya pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung proses pemantauan arus barang antar wilayah; 2) Sarana yang mahal dalam hal pengadaan alat angkut truk dan kapal laut (pajak dan suku bunga tinggi); 3) Masih ada sejumlah regulasi logistik yang tidak sinkron antara pemerintah pusat dan daerah; 4) Rendahnya kompetensi SDM logistik; 5) Masih mengandalkan sejumlah armada yang tidak layak beroperasi.
Kedua, lamanya waktu kirim juga termasuk hal yang menyebabkan kurang kuatnya daya saing komoditas Indonesia di pasar nasional, regional maupun internasional. Faktor kedua ini membutuhkan perbaikan-perbaikan dan penambahan sejumlah prasarana logistik yang ada saat ini, seperti jalan raya, pelabuhan, dan hubungan antar moda.
Perlu dijadikan pengingat, bahwa laporan World Economic Forum 2009-2012 pernah menyebutkan bila kualitas infrastruktur Indonesia masih berada pada peringkat 82 dari 134 negara yang disurvei. Dengan peringkat tersebut, kita masih kalah dengan Malaysia yang berada di peringkat 23.
Dalam kerangka itu pula, sebagaimana diamanatkan oleh Cetak Biru Sislognas, pengembangan sistem logistik nasional juga diarahkan untuk mewujudkan konektivitas antar satu lokasi dengan lokasi lainnya, atau konektifitas antara pusat-pusat produksi dengan pasar (pusat konsumsi).
Perlu saya ingatkan, bahwa salah satu tujuan penting adanya cetak biru Sislognas adalah peningkatan kemampuan dan daya saing agar berhasil dalam persaingan global. Karena itu, dalam edisi-edisi ke depan, saya berharap besar buletin Info Logistik ini bisa memberikan wawasan-wawasan segar bagi seluruh pihak yang terkait dengan pembangunan logistik Indonesia dalam rangka meningkatkan daya saing produk-produk dan berbagai komoditas nasional di persaingan global. (red) (Majalah Info PDN, Edisi 1 2013)


E. KESIMPULAN
pasar domestik memiliki potensi yang luar biasa untuk digerakkan dan merupakan jawaban yang ampuh untuk menghadapi imbas krisis finansial global yang akan lebih dirasakan pedihnya oleh negara-negara yang bergantung pada ekspor.
Kepedihan itu terutama mendera sebagian besar negara yang kekuatan pasarnya sedang tumbuh (emerging market) yang menguasai 60% pangsa pasar ekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara maju. Akibat krisis, permintaan dari negara-negara tujuan ekspor tersebut kini mengalami penurunan sehingga berdampak terhadap permintaan barang-barang dari negara-negara yang sedang tumbuh (emerging countries).

F. DAFTAR PUSTAKA

Nama                  : Dian Utari
Kelas                  : 1EB24
NPM                    : 22212045
Tugas ke            : 2

0 komentar:

Posting Komentar